Wednesday, May 29, 2013

Persegi (6)

Bray dan Jojo pun mengambil posisi duduk dekat jendela. Temaram sinar matahari pagi itu sedikit menghangatkan tempat mereka mengobrol. Kursi kayu dengan bantalan busa empuk mengiringi pembicaraan mereka berdua.

"Jadi sudah lah, Marzuki itu kita biarkan saja dengan rencana semula. Kita mainkan dia supaya dia jadi pionnya, jadi kalau pun ada apa-apa, kita aman", ujar Jojo dengan semangat.

"Ya ok lah kalau memang begitu. Cuma lu yakin untuk mengorbankan si Marzuki ini? Nanti bakalan jadi masalah ga tuh?", kata Bray seraya menyeruput kopi hangatnya.

"Itu biar gua yang atur. Pokoknya yang penting kita tidak usah sentuh permasalahan ini lebih dalam. Kita cukup di permukaan saja," Jojo menyahut.

Bray mengangguk tanda setuju. Kemudian sambil mengelus-elus permukaan samping gelasnya yang berisi kopi dia setengah berbisik ke Jojo, "Terus kapan elu kasih gua yang lebih oke dari Fanny?"

Keduanya menyeringai.

"Hahaha, suka elu ya? Mau gua minta antar sekarang?", kata Jojo.

Bray melolot dengan mimik seolah terkejut. Jojo meraih iPhonenya dan menghubungi seseorang.

Hari di luar semakin terik, namun keduanya masih tetap asik dengan kopinya.